Hatinya
sungguh lega, akhirnya selesai sudah tugasnya sebagai salah satu pengisi acara
di pentas seni sekolahnya. Tidak seperti biasa, dia malas berlama-lama berada
di sekolah. Dia ingin segera pulang, mungkin karena gadis yang dia sukai tidak
berada disana. Tentu saja, gadis itu sedang merayakan ulang tahun bersama
orangtuanya.
“Oy Ndro, lo ditungguin
fans lo tuh disana. Katanya sih pengen minta foto.” Kata salah seorang temannya sambil menunjuk ke
arah pendopo.
“Oke thanks, bro.”
Jawabnya singkat.
Setelah semua barangnya terkemas dia langsung keluar dari
belakang panggung. Dari kejauhan dilihatnya sesosok mungil dengan tas besar
berwarna kuning yang semakin membuatnya terlihat semakin kecil, Putri, yang
tampaknya sedang menunggu seseorang. Satu lagi pikiran menyeruak di benak
lelaki berpostur tinggi itu. Fans? Dasar gadis bodoh. Dia tersenyum dalam hati.
Menyadari kehadiran lelaki itu, Putri tersenyum ceria
sambil melambai-lambaikan tangannya. Matanya berbinar-binar.
“Andromedaaa,
disiniiii!!” teriak gadis mungil itu.
“Berisik banget sih
fansku yang satu ini.” Jawabnya.
“Jahat banget aku gak
dikasih ucapan selamat ulang tahun. Lupa ya.” Kata Putri.
“Nggak kok, mana
mungkin aku lupa. Selamat ulang tahun ya Kecil.” Andromeda tersenyum sambil
mengacak-ngacak rambut gadis di sampingnya.
“Thank you jelek.
Kadonya mana?” ucap Putri.
“Kadonya di rumah.
Habis aku kira kamu bakal ngerayain ulang tahun sama mama papamu.”
Mendengar itu air muka Putri tiba-tiba berubah dan
akhirnya dia menyerah, dia menangis. Putri memang selalu tidak bisa
berpura-pura di depan lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha, dia akan menyerah
juga di depan lelaki itu, Andromeda.
Andromeda tidak berkata-kata, dia merasa bersalah kepada
Putri. Mereka berdua terdiam beberapa saat.
“Mama sama papa masih
di luar kota, mungkin lupa kalo anaknya ulang tahun.” Kata Putri tiba-tiba.
Rupanya dia sudah puas menangis.
“Iya, aku tahu kok. Pergi
yuk.” Jawab Andromeda sambil menarik tangan Putri.
Dengan tidak menghiraukan serbuan awan gelap yang
menutupi kota, Andromeda terus saja melaju kencang dengan motornya. Sebenarnya
dia tidak tahu akan pergi kemana. Yang dia pikirkan hanyalah membuat Putri
bahagia dan melupakan kesedihannya hari itu. Selain itu dia juga ingin
menghabiskan harinya bersama gadis yang duduk di jok belakang motornya itu.
Dapat dirasakan suasana hati lelaki berpostur tinggi itu
sangat kontras dengan suasana langit kota sore itu. Dirasakannya sepoi angin
membelai wajahnya dan sebagian merasuk ke dalam jaket kulit hitamnya. Sesekali
dia menolehkan pandangan ke kaca spion dan melihat gadis di belakangnya
mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan helm yang sedikit kebesaran. Dia
tersenyum.
Perlahan, titik-titik hujan mulai berjatuhan, tetesnya
menyeruak dan mulai membasahi jalanan kota. Mereka akhirnya memutuskan untuk berteduh
di halte dekat pusat perbelanjaan. Putri duduk di trotoar, diikuti oleh Andromeda.
Mereka terlihat begitu serasi di tengah kerumunan yang juga sedang berteduh.
Putri
menenengadahkan tangannya, bermain dengan titik-titik air hujan yang kemudian
berganti menjadi guyuran air. Gadis itu menggigil, kulit-kulit telapak
tangannya mengerut kedinginan. Andromeda melepaskan jaketnya dan menyampirkan
ke pundak Putri.
“Jangan main hujan
lagi, tangan udah keriput semua gitu. Udah buruan dipake jaketnya.” Kata Andromeda
sok galak.
Putri tetap asyik dengan kegiatannya tadi, Andromeda
menyerah. Dia tahu kalau gadis itu sangat menyukai hujan. Cipratan air hujan
ditimbulkan karena jatuhnya titik-titik air ke tanah, bau khas hujan, ditambah
dengan suara gemuruh petir.
Andromeda
memutuskan untuk membeli dua mangkuk tahuwa yang kebetulan pedagangnya juga
sedang berteduh di halte itu. Tidak sampai empat menit dia langsung memberikan
ke Putri.
“Nih biar anget.
Tahuwa. Kamu kan suka sama tahuwa” kata Andromeda sambil memberikan satu
mangkuk berisi tahuwa hangat ke Putri.
“Kok kamu bisa nemu
sih? Aku udah lama banget gak makan ini. Seneng deh, makasih ya Ndro.”
Jawabnya.
“Pedagangnya juga neduh
disini. Tuh lihat.” Katanya sambil menunjuk ke pedagang tahuwa tadi. “Udah
buruan dihabisin, udah malem nih. Laper. Nanti kita cari makan ya.” Tambah
lelaki itu.
Setelah sekian lama menunggu, hujan pun akhirnya reda.
Jalanan kembali padat dengan hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Langit
pun sudah berganti warna menjadi gelap pekat. Andromeda dan Putri pergi ke
sebuah café favorit mereka.
Setelah memarkirkan motor, Andromeda dan Putri langsung
masuk ke dalam café yang menawarkan berbagai macam hidangan lezat favorit
mereka. Sesuai dugaan mereka sebelumnya, café itu sudah penuh. Mereka masuk
dengan tatapan heran orang-orang di dalam café tersebut. Bagaimana tidak, dua
orang yang tampak lusuh ditambah dengan rambut dan baju yang sedikit basah
masuk ke dalam café yang cukup terkenal dan tidak jarang didatangi oleh acara
kuliner di televisi.
Dengan cueknya Andromeda dan Putri langsung mencari
tempat duduk kosong. Mereka mendapatkan tempatduduk di dekat balkon café.
Mereka memesan cokelat panas dan nasi goreng special, menu favorit mereka.
Andromeda duduk dalam diam, dia memperhatikan gadis di hadapannya. Gadis itu
sedang sibuk meniupi asap yang keluar dari secangkir cokelat panas di tangan
mungilnya. Wajahnya yang tertimpa cahaya lampu terlihat sangat cantik.
Suara piano membuyarkan lamunan Andromeda. Suara merdu
penyanyi di café itu seperti menghipnotis seluruh pengunjung, tidak terkecuali
Putri.
Girl
… My heart is for you
And
you can imagine how much I love you
Last
night … I’m right here with you
And
I do wanna do the thing that we do
“Ini lagu apa sih Ndro?
Duuuh lagunya udah enak, suara penyanyinya enak, penyanyinya ganteng pula. Suka
banget deh.” Celoteh Putri dengan heboh.
Andromeda hanya tersenyum dan samar-samar mulai
bersenandung, pelan, namun tetap merdu terdengar, mengikuti penyanyi di café itu.
And
you know that nothing is impossible
And
you know that nothing is impossible yeah yeah …
Merasa diacuhkan, Putri akhirnya melahap nasi goreng
special yang dipesannya tadi. Malam itu mereka berbincang cukup banyak, mereka
tertawa, mereka bernostalgia tentang masa kecil yang mereka lalui bersama. Cokelat
panas yang tadi tersaji di atas meja perlahan-lahan telah mendingin, piring
yang tadi penuh dengan nasi goreng lezat sekarang sudah kosong tak bersisa.
Andromeda dan Putri memutuskan untuk pulang.
Saat keluar dari café mereka baru menyadari bahwa hari
itu sudah sangat larut. Andromeda melaju dengan kecepatan seadanya. Malam itu
sunyi, sepoi angin membelai wajah mereka berdua. Putri memandang langit sambil
tersenyum.
“Andromeda, makasih ya
hari ini kamu udah bikin aku gak sedih lagi. Bikin aku seneng, bahagia malah”
kata Putri di tengah sunyinya malam hari itu.
“Sama-sama. Aku bahagia
kok lihat kamu bahagia. Kita saling membahagiakan satu sama lain haha.”
Jawabnya dengan diikuti tawa.
Pelan, Andromeda mendengarkan gadis di belakangnya
samar-samar bernyanyi.
“Kamu nyanyi?” Tanyanya.
Belum sempat Putri menjawab, dia menambahkan “Jangan nyanyi, suara kamu nggak
enak.”
“Jahaaaatt!” teriak
Putri memecah kesunyian malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar