Senin, 26 November 2012

Apa Ini


Hatinya sungguh lega, akhirnya selesai sudah tugasnya sebagai salah satu pengisi acara di pentas seni sekolahnya. Tidak seperti biasa, dia malas berlama-lama berada di sekolah. Dia ingin segera pulang, mungkin karena gadis yang dia sukai tidak berada disana. Tentu saja, gadis itu sedang merayakan ulang tahun bersama orangtuanya.
“Oy Ndro, lo ditungguin fans lo tuh disana. Katanya sih pengen minta foto.”  Kata salah seorang temannya sambil menunjuk ke arah pendopo.
“Oke thanks, bro.” Jawabnya singkat.
            Setelah semua barangnya terkemas dia langsung keluar dari belakang panggung. Dari kejauhan dilihatnya sesosok mungil dengan tas besar berwarna kuning yang semakin membuatnya terlihat semakin kecil, Putri, yang tampaknya sedang menunggu seseorang. Satu lagi pikiran menyeruak di benak lelaki berpostur tinggi itu. Fans? Dasar gadis bodoh. Dia tersenyum dalam hati.
            Menyadari kehadiran lelaki itu, Putri tersenyum ceria sambil melambai-lambaikan tangannya. Matanya berbinar-binar.
“Andromedaaa, disiniiii!!” teriak gadis mungil itu.
“Berisik banget sih fansku yang satu ini.” Jawabnya.
“Jahat banget aku gak dikasih ucapan selamat ulang tahun. Lupa ya.” Kata Putri.
“Nggak kok, mana mungkin aku lupa. Selamat ulang tahun ya Kecil.” Andromeda tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut gadis di sampingnya.
“Thank you jelek. Kadonya mana?” ucap Putri.
“Kadonya di rumah. Habis aku kira kamu bakal ngerayain ulang tahun sama mama papamu.”
            Mendengar itu air muka Putri tiba-tiba berubah dan akhirnya dia menyerah, dia menangis. Putri memang selalu tidak bisa berpura-pura di depan lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha, dia akan menyerah juga di depan lelaki itu, Andromeda.
            Andromeda tidak berkata-kata, dia merasa bersalah kepada Putri. Mereka berdua terdiam beberapa saat.
“Mama sama papa masih di luar kota, mungkin lupa kalo anaknya ulang tahun.” Kata Putri tiba-tiba. Rupanya dia sudah puas menangis.
“Iya, aku tahu kok. Pergi yuk.” Jawab Andromeda sambil menarik tangan Putri.
            Dengan tidak menghiraukan serbuan awan gelap yang menutupi kota, Andromeda terus saja melaju kencang dengan motornya. Sebenarnya dia tidak tahu akan pergi kemana. Yang dia pikirkan hanyalah membuat Putri bahagia dan melupakan kesedihannya hari itu. Selain itu dia juga ingin menghabiskan harinya bersama gadis yang duduk di jok belakang motornya itu.
            Dapat dirasakan suasana hati lelaki berpostur tinggi itu sangat kontras dengan suasana langit kota sore itu. Dirasakannya sepoi angin membelai wajahnya dan sebagian merasuk ke dalam jaket kulit hitamnya. Sesekali dia menolehkan pandangan ke kaca spion dan melihat gadis di belakangnya mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan helm yang sedikit kebesaran. Dia tersenyum.
            Perlahan, titik-titik hujan mulai berjatuhan, tetesnya menyeruak dan mulai membasahi jalanan kota. Mereka akhirnya memutuskan untuk berteduh di halte dekat pusat perbelanjaan. Putri duduk di trotoar, diikuti oleh Andromeda. Mereka terlihat begitu serasi di tengah kerumunan yang juga sedang berteduh.
Putri menenengadahkan tangannya, bermain dengan titik-titik air hujan yang kemudian berganti menjadi guyuran air. Gadis itu menggigil, kulit-kulit telapak tangannya mengerut kedinginan. Andromeda melepaskan jaketnya dan menyampirkan ke pundak Putri.
“Jangan main hujan lagi, tangan udah keriput semua gitu. Udah buruan dipake jaketnya.” Kata Andromeda sok galak.
            Putri tetap asyik dengan kegiatannya tadi, Andromeda menyerah. Dia tahu kalau gadis itu sangat menyukai hujan. Cipratan air hujan ditimbulkan karena jatuhnya titik-titik air ke tanah, bau khas hujan, ditambah dengan suara gemuruh petir.
Andromeda memutuskan untuk membeli dua mangkuk tahuwa yang kebetulan pedagangnya juga sedang berteduh di halte itu. Tidak sampai empat menit dia langsung memberikan ke Putri.
“Nih biar anget. Tahuwa. Kamu kan suka sama tahuwa” kata Andromeda sambil memberikan satu mangkuk berisi tahuwa hangat ke Putri.
“Kok kamu bisa nemu sih? Aku udah lama banget gak makan ini. Seneng deh, makasih ya Ndro.” Jawabnya.
“Pedagangnya juga neduh disini. Tuh lihat.” Katanya sambil menunjuk ke pedagang tahuwa tadi. “Udah buruan dihabisin, udah malem nih. Laper. Nanti kita cari makan ya.” Tambah lelaki itu.
            Setelah sekian lama menunggu, hujan pun akhirnya reda. Jalanan kembali padat dengan hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Langit pun sudah berganti warna menjadi gelap pekat. Andromeda dan Putri pergi ke sebuah café favorit mereka.
            Setelah memarkirkan motor, Andromeda dan Putri langsung masuk ke dalam café yang menawarkan berbagai macam hidangan lezat favorit mereka. Sesuai dugaan mereka sebelumnya, café itu sudah penuh. Mereka masuk dengan tatapan heran orang-orang di dalam café tersebut. Bagaimana tidak, dua orang yang tampak lusuh ditambah dengan rambut dan baju yang sedikit basah masuk ke dalam café yang cukup terkenal dan tidak jarang didatangi oleh acara kuliner di televisi.
            Dengan cueknya Andromeda dan Putri langsung mencari tempat duduk kosong. Mereka mendapatkan tempatduduk di dekat balkon café. Mereka memesan cokelat panas dan nasi goreng special, menu favorit mereka. Andromeda duduk dalam diam, dia memperhatikan gadis di hadapannya. Gadis itu sedang sibuk meniupi asap yang keluar dari secangkir cokelat panas di tangan mungilnya. Wajahnya yang tertimpa cahaya lampu terlihat sangat cantik.
            Suara piano membuyarkan lamunan Andromeda. Suara merdu penyanyi di café itu seperti menghipnotis seluruh pengunjung, tidak terkecuali Putri.
Girl … My heart is for you
And you can imagine how much I love you
Last night … I’m right here with you
And I do wanna do the thing that we do
“Ini lagu apa sih Ndro? Duuuh lagunya udah enak, suara penyanyinya enak, penyanyinya ganteng pula. Suka banget deh.”  Celoteh Putri dengan heboh.
            Andromeda hanya tersenyum dan samar-samar mulai bersenandung, pelan, namun tetap merdu terdengar,  mengikuti penyanyi di café itu.
And you know that nothing is impossible
And you know that nothing is impossible yeah yeah …
            Merasa diacuhkan, Putri akhirnya melahap nasi goreng special yang dipesannya tadi. Malam itu mereka berbincang cukup banyak, mereka tertawa, mereka bernostalgia tentang masa kecil yang mereka lalui bersama. Cokelat panas yang tadi tersaji di atas meja perlahan-lahan telah mendingin, piring yang tadi penuh dengan nasi goreng lezat sekarang sudah kosong tak bersisa. Andromeda dan Putri memutuskan untuk pulang.
            Saat keluar dari café mereka baru menyadari bahwa hari itu sudah sangat larut. Andromeda melaju dengan kecepatan seadanya. Malam itu sunyi, sepoi angin membelai wajah mereka berdua. Putri memandang langit sambil tersenyum.
“Andromeda, makasih ya hari ini kamu udah bikin aku gak sedih lagi. Bikin aku seneng, bahagia malah” kata Putri di tengah sunyinya malam hari itu.
“Sama-sama. Aku bahagia kok lihat kamu bahagia. Kita saling membahagiakan satu sama lain haha.” Jawabnya dengan diikuti tawa.
            Pelan, Andromeda mendengarkan gadis di belakangnya samar-samar bernyanyi.
“Kamu nyanyi?” Tanyanya. Belum sempat Putri menjawab, dia menambahkan “Jangan nyanyi, suara kamu nggak enak.”
“Jahaaaatt!” teriak Putri memecah kesunyian malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar